Sabtu, 01 Januari 2022

Kebumen, Kota Lawet

Setengah tersadar, aku dibangunkan temanku katanya sebentar lagi kita sampai di stasiun tujuan. Tepat jam 5 pagi, setelah perjalanan dari Jakarta ke Kebumen dengan menggunakan kereta api akhirnya aku benar-benar menginjakkan kaki di kota ini. 

-Stasiun Kebumen-

Kebumen, salah satu kabupaten yang ada di Jawa Tengah ini terletak di pesisir selatan Jawa sehingga potensi wisata yang ada disana juga sangat beragam. Diantaranya ada bukit, goa, air terjun, dan juga pantai. Di samping itu, Kebumen juga menjadi salah satu daerah penghasil walet yang sukses pada masanya sehingga di tengah kotanya ada bangunan ikonik yakni tugu walet, tugu yang melambangkan walet dan beberapa pengunduh. 

-Tugu Walet-


Tujuanku ke Kebumen bukan tanpa suatu alasan, karena tugas akhir yang mengharuskan untuk diselesaikan. Pengunduhan sarang burung walet menjadi topik yang ingin di angkat dalam film dokumenter yang akan ku buat. Kenapa burung walet? Karena saat ini budidaya walet sudah berubah, kini hampir sedikit habitat burung walet yang lestari di alam, sebagian kini dibudidayakan di perumahan dan karena alasan itulah dokumenter walet ini menjadi hal yang cukup unik untuk di angkat.

Pertemuan pertama dengan narasumber dijelaskan tentang ritual pengunduhan sarang walet yang sudah berbeda, antara dulu dan sekarang. Saat ini karena semakin berkurangnya hasil dari sarang walet, maka pengunduhan tidak bisa seperti dulu yang meriah oleh berbagai macam kegiatan diantaranya tari-tarian, penyembelihan hewan dan juga ada proses pembakaran sesajen khusus untuk persembahan kepada sang penguasa laut selatan. Ritual saat ini cukup sederhana, yakni proses pembakaran dupa di pinggir tebing, sebelum proses masuk goa dilakukan. Ritual pun hanya dilakukan dua kali dalam satu tahun di tiap penanggalan Jawa. 

Dalam persiapan pengunduhan sarang walet, di hari pertama biasanya para pengunduh akan menyiapkan alat-alat yang diperlukan. Dimulai dari menyiapkan tali bambu, tangga kayu, dan beberapa alat yang diperlukan lainnya,  Saya melihat para pengunduh yang rata-rata sudah berusia sepuh namun masih punya semangat untuk melestarikan adat ini, katanya sebagai warisan anak cucu nanti.


-Para pengunduh sedang membuat tangga dari bambu-


Setelah tangga dari bambu sudah dibuat, selanjutnya adalah mempersiapkan tali sebagai pegangan dan pijakan ketika menyusuri tepian bebatuan karang. Cukup mengerikan memang, harus berjalan di seutas tali dimana ketika menundukkan kepala hanya ada air laut yang datang menghempas dengan begitu kerasnya. Keselamatan para pengunduh menjadi taruhannya.

Di dalam goa sendiri penerangan hanya mengandalkan cahaya dari headlamp dan sedikit cahaya yang masuk melalui celah bibir goa. Pemasangan tangga dengan beberapa penyangga untuk menggapai langit goa tempat dimana sarang burung walet berada, setidaknya membutuhkan 18 orang dewasa. Mereka harus bergotong royong untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Pasalnya terkadang hasil yang didapat tidak sebanding dengan pengorbanan yang telah dilakukan. Bahkan hasil yang sudah di rupiahkan masih harus dibagi lagi dengan kas pemerintah Kabupaten Kebumen. 

Harapanku, pemerintah lebih memberdayakan lagi kegiatan pengunduhan burung lawet ini. Selain bisa melestarikan tradisi, juga bisa meningkatkan taraf ekonomi. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bijak

Sepertinya aku mulai menyadari, beberapa hal yang datang selalu memberi arti  Entah itu yang menyenangkan atau sekalipun mengecewakan Lewat ...