Sabtu, 29 Januari 2022

Bijak


Sepertinya aku mulai menyadari, beberapa hal yang datang selalu memberi arti 

Entah itu yang menyenangkan atau sekalipun mengecewakan

Lewat sebuah perjumpaan lalu berlanjut ke perjalanan panjang ataupun sebaliknya.,

perjumpaan yang teramat singkat dengan cerita yang selalu diingat


Jadi sekarang tidak perlu lagi kata kecewa, kalau memang sudah ketetapan-Nya kita bisa apa?

Boleh berekspektasi,tapi kalau gunanya untuk sakit hati untuk apa dijalani?

Jalani saja realitanya, sekarang jangan fokus ke masa lalu, perbaiki yang bisa dan jadilah manusia kuat yang selalu penuh semangat. 


(23.46)











Rabu, 26 Januari 2022

Kuat

 


Tentang sebuah harapan yang selalu aku selipkan dalam setiap permintaan

Inginnya terkabulkan, tetapi rasanya hampir menyerah memperjuangkan

Jalannya terlalu panjang, aku sudah lelah duluan

Aku kasihan pada diri sendiri, terlalu menggebu ingin ini ingin itu

Sampai terkadang lupa waktu

Aku bertanya....

Terus bertanya

Tidak ada jawaban, hanya keheningan yang ku dapatkan

Dan tanpa terasa air mata jatuh perlahan

Membuat perasaan tak karuan

Bertahan... kataku menguatkan, jalannya masih panjang

Lagi-lagi aku menguatkan diriku sendiri, sebab aku cuma punya aku di dunia ini

Rasanya berat ketika langkah ini mendekat ke titik keberhasilan

Gagal seringkali menyapa, membuat semangat ini naik turun semaunya

Akan bagaimana aku nanti, dapatkah aku melangkah lebih jauh lagi...?

Sabtu, 01 Januari 2022

Kebumen, Kota Lawet

Setengah tersadar, aku dibangunkan temanku katanya sebentar lagi kita sampai di stasiun tujuan. Tepat jam 5 pagi, setelah perjalanan dari Jakarta ke Kebumen dengan menggunakan kereta api akhirnya aku benar-benar menginjakkan kaki di kota ini. 

-Stasiun Kebumen-

Kebumen, salah satu kabupaten yang ada di Jawa Tengah ini terletak di pesisir selatan Jawa sehingga potensi wisata yang ada disana juga sangat beragam. Diantaranya ada bukit, goa, air terjun, dan juga pantai. Di samping itu, Kebumen juga menjadi salah satu daerah penghasil walet yang sukses pada masanya sehingga di tengah kotanya ada bangunan ikonik yakni tugu walet, tugu yang melambangkan walet dan beberapa pengunduh. 

-Tugu Walet-


Tujuanku ke Kebumen bukan tanpa suatu alasan, karena tugas akhir yang mengharuskan untuk diselesaikan. Pengunduhan sarang burung walet menjadi topik yang ingin di angkat dalam film dokumenter yang akan ku buat. Kenapa burung walet? Karena saat ini budidaya walet sudah berubah, kini hampir sedikit habitat burung walet yang lestari di alam, sebagian kini dibudidayakan di perumahan dan karena alasan itulah dokumenter walet ini menjadi hal yang cukup unik untuk di angkat.

Pertemuan pertama dengan narasumber dijelaskan tentang ritual pengunduhan sarang walet yang sudah berbeda, antara dulu dan sekarang. Saat ini karena semakin berkurangnya hasil dari sarang walet, maka pengunduhan tidak bisa seperti dulu yang meriah oleh berbagai macam kegiatan diantaranya tari-tarian, penyembelihan hewan dan juga ada proses pembakaran sesajen khusus untuk persembahan kepada sang penguasa laut selatan. Ritual saat ini cukup sederhana, yakni proses pembakaran dupa di pinggir tebing, sebelum proses masuk goa dilakukan. Ritual pun hanya dilakukan dua kali dalam satu tahun di tiap penanggalan Jawa. 

Dalam persiapan pengunduhan sarang walet, di hari pertama biasanya para pengunduh akan menyiapkan alat-alat yang diperlukan. Dimulai dari menyiapkan tali bambu, tangga kayu, dan beberapa alat yang diperlukan lainnya,  Saya melihat para pengunduh yang rata-rata sudah berusia sepuh namun masih punya semangat untuk melestarikan adat ini, katanya sebagai warisan anak cucu nanti.


-Para pengunduh sedang membuat tangga dari bambu-


Setelah tangga dari bambu sudah dibuat, selanjutnya adalah mempersiapkan tali sebagai pegangan dan pijakan ketika menyusuri tepian bebatuan karang. Cukup mengerikan memang, harus berjalan di seutas tali dimana ketika menundukkan kepala hanya ada air laut yang datang menghempas dengan begitu kerasnya. Keselamatan para pengunduh menjadi taruhannya.

Di dalam goa sendiri penerangan hanya mengandalkan cahaya dari headlamp dan sedikit cahaya yang masuk melalui celah bibir goa. Pemasangan tangga dengan beberapa penyangga untuk menggapai langit goa tempat dimana sarang burung walet berada, setidaknya membutuhkan 18 orang dewasa. Mereka harus bergotong royong untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Pasalnya terkadang hasil yang didapat tidak sebanding dengan pengorbanan yang telah dilakukan. Bahkan hasil yang sudah di rupiahkan masih harus dibagi lagi dengan kas pemerintah Kabupaten Kebumen. 

Harapanku, pemerintah lebih memberdayakan lagi kegiatan pengunduhan burung lawet ini. Selain bisa melestarikan tradisi, juga bisa meningkatkan taraf ekonomi. 


Selasa, 19 Oktober 2021

Oktober 2021

Setelah sekian lama enggak pernah posting tulisan di blog, hari ini memutuskan untuk menulis lagi dengan cerita yang sudah dilewati.

Hari Senin kemarin, tepatnya tanggal 18 aku ikut serta dalam ujian CASN di Nganjuk. Berangkat semangat sekali, dan nekat lagi karena nggak punya SIM wkwkwk ini jangan di contoh yaa.. Sebelumnya aku nggak pernah pergi ke kota, jarang.., kecuali jika memang ada urusan. Hari itu karena mungkin semangatku juga ya, aku pergi sendiri kesana tanpa tahu jalan, tanpa seorangpun pengantar. Yang penting yakin, prinsipku waktu itu. Satu jam berlalu, dan akhirnya aku tiba di lokasi ujian yang ada di Gedung Wanita. Sembari menunggu sesi ku, aku sempat berbincang dengan dua peserta ujian lainnya. Mereka berasal dari Kediri dan Sawahan Ngliman, orang Nganjuk juga. 

Jujur, banyak ilmu yang aku dapatkan dari obrolan bareng mereka. Pengalaman-pengalaman mereka ketika masih lulus kuliah, cari- cari kerja dan kerja pindah-pindah hahaha. Semacam nostalgia ketika akhir tahun 2019 dulu. Karena aku masih memegang teguh kalau bekerja itu harus sesuai passion yang artinya kan kamu udah nyemplung ke jurusan ini, ya kamu kerja nya di prospek itu juga lah. Tapi karena 2021 semuanya dituntut lebih cepat, prinsip itu pun menguap tak bersisa. Sekarang yang terpenting adalah bisa menghasilkan meskipun sedikit, daripada tidak sama sekali bergantung dengan keadaan, berharap semua cepat normal. Pandemi benar-benar mengubah prinsipku.

Lanjut ketika mengikuti ujian CASN, saking asyiknya membaca dan mengerjakan soal Bahasa Indonesia, aku sampai lupa kalau waktu yang ku punya tinggal 45 menit saja. Bayangkan, dari 110 soal yang di ujikan, diriku masih berada di nomor tiga puluhan hahaha. Langsung tancap gas buat cari soal yang mudah dulu baru mengisi soal yang dirasa sulit seperti matematika. Dan ketika waktu ujian tersisa 2 menit lagi, aku segera mengecek soal yang belum ku jawab, dan berhasil.., aku memanfaatkan the power of mepet itu dengan baik. 110 soal terisi semua, dan skor yang ku dapat 349 dan lolos passing grade, Alhamdulillah..., ucapku dalam hati. Aku bersyukur bisa ikut ujian CASN ini, dan bisa melewati soal-soal nya yaaa meskipun sempat dagdigdug juga. 

Semoga, bisa lolos ke seleksi selanjutnya dan sampai dinyatakan lolos ikut pemberkasan. Semoga niat baik membanggakan orangtua bisa terlaksana, sebelum aku atau mereka lebih dulu kembali ke sisi-Nya. Allahuma Shalli Ala Sayyidina Muhammad...

Selasa, 05 Januari 2021

Review Drama Jepang Two Weeks

Untuk pertamakalinya suka sama drama Jepang yang berjudul Two Weeks. 



Haruma Miura as Yuki Daichi
Kyoko Yoshine as Kaede Tsukishima
Manami Higa as Sumire Aoyagi
Kurumi Inagaki as Hana
and others 

Drama bergenre investigasi dan aksi ini sangat menarik untuk di tonton. Cerita bermula dari Kaede Tsukishima yang harus menerima kenyataan pahit bahwa Ayahnya meninggal akibat dibunuh. Saat mengikuti persidangan, Kaede melihat terdakwa Yuki Daichi yang ternyata bukanlah pelaku sesungguhnya. Ia pun tidak terima ketika hakim menjatuhkan hukuman kepada Yuki karena perbuatan ini seharusnya bukan menjadi tanggung jawabnya.

Semenjak itu, Kaede bertekad untuk menjadi jaksa agar keadilan bisa ditegakkan. Disamping itu ternyata Kaede juga masih menyelidiki siapa dalang dibalik kematian Ayahnya dengan membuat skema dari foto-foto yang menurutnya bisa memberikan sebuah jawaban.

Delapan tahun berlalu dan Yuki sudah terbebas dari penjara, pada saat yang sama Sumire, orang yang di cintainya di masa lalu kembali muncul dan memberikan kabar yang cukup mengejutkan. Ia ternyata melahirkan anak bernama Hana, menolak untuk menggugurkan kandungan seperti yang Yuki pernah minta. Sumire memberitahu jika Hana sakit Leukimia dan harus membutuhkan donor sumsum tulang belakang yang cocok dengan nya. Satu-satunya yang bisa menjadi pendonor adalah Yuki, ayah kandungnya. Untuk itu Sumire meminta agar Yuki mau pergi bersamanya melakukan tes DNA agar operasi Hana bisa dilakukan dengan segera. 

Hasilnya cocok, dokter merencanakan operasi akan dilaksanakan 2 minggu yang akan datang. Yuki senang bisa bertemu dengan Hana dan berjanji untuk datang di hari operasi nanti. Namun sayangnya, Yuki kembali difitnah menjadi pelaku pembunuhan, ia harus menjadi buronan polisi. Ketika tengah bersembunyi, ia ingat jelas ini bukan kesalahannya dia berfikir apakah ia terjebak pada kasus yang sama seperti 8 tahun yang lalu. 

Nonton drama ini berasa naik roaller coster, seru tapi menegangkan. Konflik yang cukup sengit antara Yuki dan pelaku sesungguhnya ditambah investigasi Kaede dengan target melalui skema yang dibuatnya. 

Di dalam drama ini yang paling disuka karakter dari Yuki Daichi sendiri, dia gigih, mau berjuang untuk membuktikan bahwa dia nggak salah dan bukan pelaku pembunuhan sebenarnya. Dia pengen nunjukin ke polisi dan pengadilan kalau dia hanya korban atas perbuatan keji oranglain. 

Pokoknya drama satu ini wajib di tonton bagi penyuka genre action. 

Minggu, 24 Mei 2020

Pendakian Perdana


13 September 2019

Dimana untuk kali pertama aku melakukan pendakian ke salah satu gunung di Jawa Barat, yaitu Gunung Gede. Aku tidak sendiri, bersama senior dan junior ku di kampus kita telah sepakat bahwa malam itu kita berangkat.
Dengan carrier yang lebih mirip tas daypack, sepatu kets, dan jaket aku mengikrarkan diriku sebagai seorang pendaki kala itu. 
Kami tiba di stasiun Bogor hampir jam 12 malam, lalu kami lanjut mencarter angkot yang akan membawa kami semua ke basecamp gunung Gede. Aku tidak tahu pasti estimasi waktu dari stasiun ke basecamp memakan waktu berapa lama, yang jelas saat itu kantuk seringkali menyapa, sesekali aku tidur tapi lebih tepatnya tidak benar-benar tidur, bagaimana tidak? angkot yang membawa kami ngebut ugal-ugal an, untung kami semua diberi ekstra kesabaran.
Pendakian kami dimulai ketika hari menjelang siang, panas mulai menyapa tapi entah kenapa udara pegunungan selalu membawa kesejukan tiada dua.

Gunung Gede sendiri memiliki ketinggian 2.958 Mdpl dan punya 3 jalur untuk mencapai puncaknya. Adapun jalur Putri, Cibodas & Salabintana. Aku dan rekan-rekan sepakat untuk lintas jalur, naik via Putri dan turun via Cibodas.
Jika naik via Putri, maka kita akan melewati 5 pos. Diantaranya ada :
Pos 1 = Legok Leunca
Pos 2 = Buntut Lutung
Pos 3 = Lawang Sekateng
Pos 4 = Simpang Maleber
Pos 5 = Alun-alun Surya Kencana Timur (Alun-alun Surya Kencana/Surken ini ada 2 wilayah, wilayah timur dan barat).
Ini belum termasuk pos bayangan, Tanah Merah.








Yang namanya pendakian perdana tentu ada  dramanya. Dimulai dari tukeran Carrier, buat footage, masak sampe sesekali ada tanah lapang sedikit rebahan beralaskan Carrier. Tak ayal kami mungkin memecahkan rekor pendakian ke Gunung Gede terlama yaitu hampir 12 jam, sungguh aneh tapi nyata #wkwkwk
Kami tiba di Surya Kencana saat pendaki yang lain mungkin sudah berada di alam mimpi untuk merealisasikannya pagi nanti. Suhu di Alun-alun Surken teramat dingin, tidurpun tak nyenyak sesekali terjaga. Ku putuskan untuk benar-benar tidur sampai akhirnya terdengar teriakan dari luar tenda, menandakan pagi sudah tiba. Sunrise, selamat pagi..!
Ku tilik jam di hp yang masih menyisakan daya beberapa persen ini, masih jam 04.50 pikirku, tapi karena terlalu sering mendengar kata sunrise, ku putuskan untuk keluar tenda. 
Begitu melongok ke atas, warna langit sedang indah-indahnya, pagi memang memiliki daya magis tersendiri dimanapun tempatnya. 


-menikmati pagi di Surken-

Aku pun memutuskan untuk mengambil beberapa gambar melalui kameraku, untuk kenang-kenangan pernah menikmati pagi yang menenangkan di Gunung Gede.






Tepat yang lain bangun, aku diajak untuk menikmati lautan awan tapi yang kudapat hanya kabut yang sungguh diluar ekspektasi kami. Setelahnya, aku dan rekanku memutuskan untuk mengambil air di mata air surken, karena persediaan air kami sisa sedikit. 
Fyi : Sumber air yang melimpah di Alun-alun Surya Kencana ada di bagian barat yang dekat dengan arah puncak.
Sepanjang perjalanan mengambil air, aku dibuat kagum berkali-kali karena warna langit dan hijaunya pohon-pohon di kejauhan semacam vitamin mata yang sangat menyegarkan.



-Surya Kencana-
Beberapa kali kami menyapa pendaki dan berujung bareng pada mas-mas yang ingin mengambil persediaan air juga. 
Tiba di sumber air, diluar dugaan yang ngantri banyak sekali. 



Aku memutuskan menunggu, sementara rekanku turun ke dasar megambil air dari pancuran. Ini asyiknya naik gunung, semua antri tanpa harus saling meneriaki, malah kadang ada yang mempersilahkan perempuan untuk mengambil air duluan, sangat sangat kontras jika berada di perkotaan. 
Setibanya kami kembali, ternyata rekan kami yang lain sudah menyiapkan peralatan masak. Ada nesting, panci buat masak, gas, dan tentunya kebutuhan pokok. 
Setelah sarapan, kami melepas perpisahan dengan tempat kami mendirikan tenda semalam dengan cara mengabadikan dalam bentuk gambar. 
Entahlah, kapan lagi kaki ini akan kembali menginjakkan kaki di sana. 
Kami mulai berjalan, perlahan kadang sembari bercanda agar lelah ini tak terlalu kentara. Di tengah perjalanan, aku dikejutkan dengan salah satu pendaki yang meminta foto berdua. Entah ada angin apa, akupun menurutinya. Katanya kalau sesama pendaki harus bersikap ramah, ya sudah aku lakukan saja. 
Kami pun melanjutkan perjalanan menuju puncak #menujupuncakgemilangcahaya #ehhh
Berkali-kali ingin menyerah dan balik arah tapi teringat bahwa pendakian ini kan lintas jalur???
TERIMA SAJA. 
Dengan sisa-sisa tenaga sarapan pagi, akhirnya kami tiba di puncak gunung Gede. Seketika rasa lelah berubah menjadi rasa syukur melihat tugu bertuliskan Mt. Gede 2.958 Mdpl sungguh lah pencapaian tersendiri untukku yang baru menyelesaikan misi pendakian perdana ini. 





Ada pepatah bilang, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian pada kenyataannya itupun benar. Kita di uji ketika mendaki, langkah demi langkah untuk menuju satu arah bernama "puncak".
Gunung Gede.. awal dari langkah pertama, semoga akan ada langkah-langkah selanjutnya yang akan membawa banyak sekali cerita.



Di ketinggian, hati lebih merendah
Di atas langit, raga lebih membumi.  - Fiersa Besari -


Bijak

Sepertinya aku mulai menyadari, beberapa hal yang datang selalu memberi arti  Entah itu yang menyenangkan atau sekalipun mengecewakan Lewat ...