13 September 2019
Dimana untuk kali pertama aku melakukan pendakian ke salah satu gunung di
Jawa Barat, yaitu Gunung Gede. Aku tidak sendiri, bersama senior dan junior ku
di kampus kita telah sepakat bahwa malam itu kita berangkat.
Dengan carrier yang lebih mirip tas daypack, sepatu kets, dan jaket aku
mengikrarkan diriku sebagai seorang pendaki kala itu.
Kami tiba di stasiun Bogor hampir jam 12 malam, lalu kami lanjut mencarter
angkot yang akan membawa kami semua ke basecamp gunung Gede. Aku tidak tahu
pasti estimasi waktu dari stasiun ke basecamp memakan waktu berapa lama, yang
jelas saat itu kantuk seringkali menyapa, sesekali aku tidur tapi lebih
tepatnya tidak benar-benar tidur, bagaimana tidak? angkot yang membawa kami
ngebut ugal-ugal an, untung kami semua diberi ekstra kesabaran.
Pendakian kami dimulai ketika hari menjelang siang, panas mulai menyapa
tapi entah kenapa udara pegunungan selalu membawa kesejukan tiada dua.
Gunung Gede sendiri memiliki ketinggian
2.958 Mdpl dan punya 3 jalur untuk mencapai puncaknya. Adapun jalur Putri,
Cibodas & Salabintana. Aku dan rekan-rekan sepakat untuk lintas jalur, naik
via Putri dan turun via Cibodas.
Jika naik via Putri, maka kita akan melewati 5 pos. Diantaranya ada :
Pos 1 = Legok Leunca
Pos 2 = Buntut Lutung
Pos 3 = Lawang Sekateng
Pos 4 = Simpang Maleber
Pos 5 = Alun-alun Surya Kencana Timur (Alun-alun Surya Kencana/Surken ini
ada 2 wilayah, wilayah timur dan barat).
Ini belum termasuk pos bayangan, Tanah Merah.
Yang namanya pendakian perdana tentu ada dramanya. Dimulai dari tukeran Carrier, buat footage, masak sampe sesekali ada tanah lapang sedikit rebahan beralaskan Carrier. Tak ayal kami mungkin memecahkan rekor pendakian ke Gunung Gede terlama yaitu hampir 12 jam, sungguh aneh tapi nyata #wkwkwk
Kami tiba di Surya Kencana saat pendaki yang lain mungkin sudah
berada di alam mimpi untuk merealisasikannya pagi nanti. Suhu di Alun-alun
Surken teramat dingin, tidurpun tak nyenyak sesekali terjaga. Ku putuskan untuk
benar-benar tidur sampai akhirnya terdengar teriakan dari luar tenda, menandakan pagi sudah tiba. Sunrise, selamat pagi..!
Ku tilik jam di hp yang masih menyisakan daya beberapa persen ini, masih
jam 04.50 pikirku, tapi karena terlalu sering mendengar kata sunrise, ku
putuskan untuk keluar tenda.
Begitu melongok ke atas, warna langit sedang indah-indahnya, pagi memang
memiliki daya magis tersendiri dimanapun tempatnya.
|
-menikmati
pagi di Surken-
|
Aku pun memutuskan untuk mengambil beberapa gambar melalui kameraku, untuk
kenang-kenangan pernah menikmati pagi yang menenangkan di Gunung Gede.
Tepat yang lain bangun, aku diajak untuk menikmati lautan awan tapi yang kudapat
hanya kabut yang sungguh diluar ekspektasi kami. Setelahnya, aku dan rekanku
memutuskan untuk mengambil air di mata air surken, karena persediaan air kami
sisa sedikit.
Fyi : Sumber air yang melimpah di Alun-alun Surya Kencana ada di bagian
barat yang dekat dengan arah puncak.
Sepanjang perjalanan mengambil air, aku dibuat kagum berkali-kali karena
warna langit dan hijaunya pohon-pohon di kejauhan semacam vitamin mata yang
sangat menyegarkan.
Beberapa kali kami menyapa pendaki dan berujung bareng pada mas-mas
yang ingin mengambil persediaan air juga.
Tiba di sumber air, diluar dugaan yang ngantri banyak sekali.
Aku memutuskan menunggu, sementara rekanku turun ke dasar megambil air dari
pancuran. Ini asyiknya naik gunung, semua antri tanpa harus saling meneriaki,
malah kadang ada yang mempersilahkan perempuan untuk mengambil air duluan,
sangat sangat kontras jika berada di perkotaan.
Setibanya kami kembali, ternyata rekan kami yang lain sudah menyiapkan
peralatan masak. Ada nesting, panci buat masak, gas, dan tentunya kebutuhan
pokok.
Setelah sarapan, kami melepas perpisahan dengan tempat kami mendirikan
tenda semalam dengan cara mengabadikan dalam bentuk gambar.
Entahlah, kapan lagi kaki ini akan kembali menginjakkan kaki di sana.
Kami mulai berjalan, perlahan kadang sembari bercanda agar lelah ini tak
terlalu kentara. Di tengah perjalanan, aku dikejutkan dengan salah satu pendaki
yang meminta foto berdua. Entah ada angin apa, akupun menurutinya. Katanya
kalau sesama pendaki harus bersikap ramah, ya sudah aku lakukan saja.
Kami pun melanjutkan perjalanan menuju puncak #menujupuncakgemilangcahaya
#ehhh
Berkali-kali ingin menyerah dan balik arah tapi teringat bahwa pendakian
ini kan lintas jalur???
TERIMA SAJA.
Dengan sisa-sisa tenaga sarapan pagi, akhirnya kami tiba di puncak gunung
Gede. Seketika rasa lelah berubah menjadi rasa syukur melihat tugu bertuliskan
Mt. Gede 2.958 Mdpl sungguh lah pencapaian tersendiri untukku yang baru
menyelesaikan misi pendakian perdana ini.
Ada pepatah bilang, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian pada
kenyataannya itupun benar. Kita di uji ketika mendaki, langkah demi langkah
untuk menuju satu arah bernama "puncak".
Gunung Gede.. awal dari langkah pertama, semoga akan ada langkah-langkah
selanjutnya yang akan membawa banyak sekali cerita.
Di ketinggian, hati lebih merendah
Di atas langit, raga lebih membumi. - Fiersa Besari -